Jumat, 25 Februari 2011

Karakter dan Perilaku Khas Konsumen Indonesia

Setiap kali saya mengajar, memberikan training atau seminar dalam bidang marketing, saya cenderung untuk memberikan banyak contoh atau kasus pemasaran yang terjadi di Indonesia. Contoh-contoh yang berbau terlalu Amerika, cenderung saya kurangi kecuali memang bila topiknya adalah sekitar pemasaran global.

Setelah bergelut dengan banyak data-data konsumen Indonesia melalui ratusan riset perilaku konsumen Indonesia, saya sadar bahwa konsumen Indonesia memiliki keunikan dalam hal attitude, perilaku maupun proses pengambilan keputusan dalam mengevaluasi dan membeli produk. Dengan demikian, sangatlah sulit untuk dimengerti bahwa konsep marketing yang terlalu Amerika, dapat sepenuhnya menjelaskan fenomena untuk perilaku pasar Indonesia.

Misalnya saja, dalam bidang budaya, orang Indonesia memiliki budaya yang tersendiri yang jelas jauh dibandingkan dengan budaya Amerika. Masyarakat Indonesia memiliki norma dan non verbal communication yang demikian unik. Bahkan antar suku atau etnis saja yang ada di masyarakat Indonesia, sudah demikian beragamnya. Banyak daerah memiliki norma tersendiri. Kebiasaan makan yang berbeda-beda saja, akan membuat perbedaan dalam kemajuan industri makanan dari satu daerah ke daerah lain. Tidak mengherankan, untuk produk makanan dan minuman, sangatlah sulit suatu merek dapat mendominasi pangsa pasar nasional secara merata di setiap daerah.

Kopi, kecap, teh, jamu, roti, biscuit, snack, dan mie adalah sederet contoh produk dimana faktor daerah sangat dominan. Ada daerah yang suka manis, ada yang lebih suka asin. Ada daerah yang makan dengan sendok adapula yang menggunakan tangan. Ini pelajaran yang tidak pernah diperoleh di Amerika dimana kecenderungannya, antar satu negara bagian dengan negara bagian lainnya, relatif homogen. Perbedaan di Amerika lebih banyak justru karena sistem desentralisasi dari pemerintahan negara bagian yang sangat kuat, sehingga menghasilkan regulasi yang berbeda-beda. Ini kemudian yang membuat struktur persaingan dari satu negara bagian berbeda-beda tetapi karena budaya dan kesukaan terhadap makanan yang berbeda.

Orang Indonesia memiliki non verbal communication yang berbeda-beda. Kita menginterpretasikan arti warna yang berbeda-beda. Sebagai negara muslim, warna hijau lebih favorit. Demikian pula, pasar kita memiliki banyak produk yang khusus ditujukan untuk para muslim.

Salah satu faktor eksternal penting lain yang membuat perbedaan dalam perilaku konsumen adalah tingkat pendidikan. Dengan sekitar 50% adalah lulusan SMA untuk masyarakat perkotaan dan sekitar 60% yang tidak menyelesaikan SMP untuk masyarakat pedesaan, sangat sulit untuk membayangkan bahwa strategi pemasaran di Amerika dapat dengan mudah diterapkan untuk pasar Indonesia. Salah satu implikasi dari rendahnya tingkat pendidikan adalah sedikitnya konsumen yang suka membaca. Itulah sebabnya, iklan di televisi adalah pemilihan media yang masih sangat powerful untuk menjangkau pasar Indonesia. Rasanya sungguh sulit untuk menjadi produk nasional tanpa mengandalkan iklan televisi. Itulah sebabnya juga, biaya iklan, 60% - 65% masuk ke kantong-kantong stasiun televisi. Padahal, beberapa negara seperti Singapura, justru iklan di media cetak adalah yang terbesar.

Tidak mengherankan, apabila konsumen Indonesia sebenarnya mencerna informasi yang lebih sedikit dalam membuat keputusan. Tidak mengherankan pula bahwa, konsumen Indonesia kadang-kadang lebih emosional dalam membuat proses keputusan untuk memilih dan membeli suatu produk.

Pengaruh eskternal unik lainnya adalah dalam hal group reference. Ini adalah bagian yang sungguh-sungguh tidak dapat dibandingkan dengan masyarakat Amerika. Dalam konteks ini, pengaruh para opinion leader sungguh besar. Untuk suku Jawa, Madura atau Sunda, ulama memiliki peran yang sangat besar terhadap masyarakat untuk menentukan pilihan mereka untuk produk-produk tertentu. Mereka menjadi panutan bagi masyarakat dalam memfilter informasi. Saran dan keteladanan mereka menjadi bagian yang dipertimbangkan dalam membuat evaluasi terhadap pembelian suatu produk. Demikian pula, untuk beberapa suku dimana tradisi adatnya masih kuat seperti suku Bali, para pemimpin adat ini jugalah yang menjadi opinion leader.

Mudah dipahami apabila kemudian banyak perusahaan telekomunikasi, perbankan, makanan dan minuman yang kemudian mendukung kegiatan dari para ulama ini. Tujuannya adalah untuk merebut simpati mereka dan secara tidak langsung, kalau para ulama menyarankan untuk membeli merek X, sekitar 30% hingga 50% dari pengikutnya, akan dengan segera memilih merek produk yang sama.

Masyarakat Indonesia adalah kelompok yang memiliki tingkat socializing yang kuat. Bahkan ungkapan orang Jawa yang menyatakan bahwa ”berkumpul lebih penting daripada makan” sudah merupakan cerminan akan kekuatan pembentukan grup dan komunitas. Demikian pula, etnis Sunda, Minang, Bali, Batak dan lain-lain, juga memiliki kebiasaan yang kuat untuk hidup berkomunitas, gotong royong dan menjadi satu grup-grup. Adanya perkumpulan dalam bentuk dharma wanita, arisan, karang taruna adalah wujud perilaku nyata dari kehidupan berkomunitas masyarakat Indonesia.

Dampak dari tingkat komunitas yang kuat ini sangatlah besar untuk strategi pemasaran terutama dalam konteks penetrasi pasar. Salah satu strategi yang penting adalah strategi komunikasi. Proses komunikasi yang menggunakan word of mouth menjadi sangat efektif yang membantu penetrasi pasar dari suatu merek. Kenyataan dari penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa komunikasi word of mouth di Indonesia memang efektif. Pastilah lebih efektif dibandingkan dengan yang ada di pasar Amerika. Bukan hanya faktor socializing tetapi kebiasaan orang Indonesia yang banyak membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi dan memiliki kecenderungan kuat untuk membagi informasi, sudah merupakan bumbu penyedap dari komunikasi dari mulut ke mulut ini. Mereka berbagi mengenai kehidupan keluarga, mereka bercerita mengenai pakaian, kosmetik, cara merawat kesehatan, aktifitas dan lain-lain.

Dengan jumlah jam kerja produktif yang lebih kecil dari masyarakat Amerika, membuat jumlah jam berkumpul dan ngobrol yang lebih tinggi lagi. Tidak mengherankan, bila Amerika mencatat bahwa kalau konsumen puas akan cerita kepada sekitar 2 hingga 5 orang, angka ini, pastilah terlampaui untuk pasar Indonesia. Dari salah satu penelitian yang saya lakukan, konsumen Indonesia yang puas, akan bercerita kepada sekitar 5 hingga 15 orang, tergantung dari jenis produk dan target pasar yang dibidik.

Berbagai faktor eksternal di atas juga kemudian mempengaruhi faktor internal seperti proses pembentukan persepsi, kapasitas memori, motivasi, attitude, gaya hidup dan akhirnya proses perilaku pembelian. Berikut ini, saya ingin berbagi 2 keunikan konsumen Indonesia yang bersifat internal dan individu.

Konsumen Indonesia cenderung memiliki short-term memory yang lebih dominan. Ini adalah gabungan antara tingkat pendidikan dan kelas sosial yang lebih rendah, budaya dan norma serta pengaruh sistem-sistem yang ada dalam masyarakat. Ini saja sudah membuat implikasi yang sangat besar terhadap strategi positioning suatu produk. Saya memiliki keyakinan yang besar bahwa pemasar Indonesia akan mengalami kesulitan yang sangat besar bila menawarkan suatu benefit yang bersifat jangka panjang. Itulah sebabnya, semua produk baru yang menawarkan benefit dalam jangka waktu 10 tahun atau 20 tahun, sungguh lambat proses penetrasinya.

Vitamin dan makanan kesehatan yang mudah diterima adalah vitamin dan makanan kesehatan yang membuat konsumen segar setiap hari dan bukan sehat setelah 10 tahun lagi. Atau bahkan, konsumen lebih mengejar harga murah dan rasa enak untuk sebuah makanan, daripada implikasinya terhadap kesehatan dalam jangka panjang. Tidaklah mengherankan bila bumbu penyedap, bahan pengawet ataupun bahan additive yang masih menyisakan kontraversi dalam hal pengaruhnya terhadap kesehatan, masih terus memiliki pasar yang berkembang.

Demikian pula bahwa produk asuransi yang menawarkan benefit jangka pendek, masih sangat kecil pasarnya di Indonesia. Konsumen di Indonesia sunguh sulit diajak untuk berpikir jangka panjang. Bahkan untuk masyarakat kelas sosial bawah, diajak berpikir untuk 1 tahun ke depan pun, terasa sulit. Mereka terbiasa dengan pola pikir satu hari dan kemudian selesai untuk menyambut esok harinya.

Hampir sama dengan karakter pertama, maka konsumen Indonesia juga cenderung tidak memiliki rencana. Ini yang membuat pola belanja konsumen Indonesia relatif tidak teratur. Ini yang membuat proses pembelian melalui impulse buying relatif tinggi. Ini yang membuat produk yang sifatnya harus dikonsumsi secara berkala dan terencana, juga mengalami kesulitan. Tidaklah mengherankan bagi saya, bila menjelang hari H-2 proses pendaftaran untuk kartu pra-bayar, baru sekitar 60% yang melakukan pendaftaran. Saya percaya, pada hari terakhir, akan ada jutaan yang kemudian melakukan pendaftaran ulang.

Halaman ini tentunya tidak cukup panjang untuk membuat daftar keunikan konsumen Indonesia. Intinya, para marketer jangan terlalu fokus hanya melulu belajar study kasus dari negeri Paman Sam. Sungguh, kita berhadapan dengan realitas pasar yang berbeda. Setujukah Anda?

(handiirawan.com)

Perilaku Seorang Konsumen

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang.

Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.

(dari Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Digital Revolution pada Perilaku Konsumen

Pengaruh revolusi digital pada perilaku konsumen
Digital revolution adalah perubahan secara besar-besaran dalam penggunaan alat-alat digital. Digital revolution yang dimaksud disini adalah penggunaan teknologi canggih pada pemasaran.
Pengaruh didgital revolution telah menimbulkan perubahan yang drastic terhadap lingkungan bisnis, hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
1. Konsumen lebih memiliki kekuatan dibandingkan sebelumnya.
2. Konsumen memiliki akses untuk mendapakan informasi yang lebih dibandingkan sebelumnya.
3. Para marketer dapat menawarkan produk dan jasa yang lebih dibandingkan sebelumnya.
4. Pertukaran antara marketer dan konsumen akan lebih interaktif dan spontan.
5. Marketer dapat mengumpulkan lebih banyak informasi tentang konsumen dengan cepat dan mudah.
Perilaku konsumen :
Adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.
Dua wujud konsumen
1. Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Production concept
Konsumen pada umumnya lebih tertarik dengan produk-produk yang harganya lebih murah. Mutlak diketahui bahwa objek marketing tersebut murah, produksi yang efisien dan distribusi yang intensif.
Product concept
Konsumen akan menggunakan atau membeli produk yang ditawarkan tersebut memiliki kualitas yang tinggi, performa yang terbaik dan memiliki fitur-fitur yang lengkap.
Selling concept
Marketer memiliki tujuan utama yaitu menjual produk yang diputuskan secara sepihak untuk diproduksi.
Marketing concept
Perusahaan mengetahui keinginan konsumen melalui riset yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian memproduksi produk yang diinginkan konsumen. Konsep ini disebut marketing concept.
Market segmentation
Membagi kelompok pasar yang heterogen ke kelompok pasar yang homogen.
Market targeting
Memlih satu atau lebih segmen yang mengidentifikasikan perusahaan untuk menentukan.
Positioning
Mengembangkan pemikiran yang berbeda untuk barang dan jasa yang ada dalampikiran konsumen.
Menyediakan nilai pelanggan didefinisikan sebagai rasio antara keuntungan yang dirasakan sumber-sumber (ekonomi, fungsional dan psikologi) digunakan untuk menghasilkan keuntungan-keuntungan tersebut. Keuntungan yang telah dirasakan berupa relative dan subjektif.
Kepuasan pelanggan adalah persepsi individu dari performa produk atau jasa dalam hubungannya dengan harapan-harapan.
Mempertahankan konsumen adalah bagaimana mempertahankan supaya konsumen tetap loyal dengan satu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain, hamper dalam semua situasi bisnis, lebih mahal untuk mencari pelanggan baru dibandingkan mempertahankan yang sudah ada.
Etika pasar dan tanggung jawab social
Konsep pemasaran social mewajibkan semua pemasar wapada terhadap prinsip tanggung jawab social dalam memasarkan barang atau jasa mereka, oleh sebab itu pemasar harus mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan dari targt pasar mereka. Praktek etika dan tangung jawab social dalah bisnis yang bagus, tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi menghasilkan kesan yang baik.
Model sederana dari pengambilan keputusan yang dibuat oleh pelanggan
- Input stage mempengaruhi pengakuan konsumen dari sebuah kebutuhan produk dan terdiri dari dua (2) sumber informasi, yaitu usaha pemasaran perusahaan dan pengaruh sosiologi dari luar pelanggan.
- Output stage terdiri dari dua (2) pendekatan yang erat hubungannya dengan aktivitas pengambilan keputusan yang sudah diambil.
The Traditional Marketing Concept Value and Retention Focused Marketing
- Hanya membuat sesuatu yang dapat dijual selaindari mencoba untuk menjual apa yang telah dibuat.
- Jangan memfokuskan kepada produk, fokuskan pada kebutuhan yang memuaskan.
- Menyesuaikan produk pasar dan jasa dengan konsumen daripada melihat penawaran dari pesaing.
- Meneliti kebutuhan konsumen dan karakteristiknya.
- Mengerti proses perilaku pembelian dan keuntungannya terhadap perilaku konsumen.
- Segmentasi pasar berdasrkan kebutuhan konsumen dari segi geografi, demografi, psikologi, sosiokultural, gaya hidup dan karakteristik lainnya. o Menggunakan teknologi yang dapat membantu konsumen untuk menyesuaikan diri terhadap apa yang kita buat.
- Focus pada nilai suatu produk, sebanding dengan kebutuhan yang telah dipuaskan.
- Memanfaatkan dan mengerti kebutuhan konsumen untuk meningkatkan penawaran yang diterima konsumen lebih baik dari penawaran pesaing.
- Meneliti tingkat keuntungan disertai dengan bermacam-macam kebutuhan konsumen dan karakteristiknya.
- Mengerti perilaku konsumen dalam hubungannya dengan produk perusahaan.
- Menggunakan segmentasi hybrid yang mengkombinasikan sementasi tradisional dengan data pada tingkat pembelian konsumen dan pola penggunaan pada produk.
Chapter II
RISET KONSUMEN
Bidang riset konsumen dikembangkan sebagai perluasan bidang riset pemasaran, hampir semata-mata memfokuskan perhatiannya pada perilaku konsumen bukannya pada aspek-aspek lain dalam proses pemasaran. Hasil-hasil riset pasar dan juga hasil riset konsumen digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan manajerial. Alasan pertama mempelajari perilaku konsumen adalah untuk memungkinkan para pemasar meramalkan bagaimana para konsumen akan bereaksi terhadap berbagai pesan promosi dan untuk memahami cara mereka mengambil keputusan membelinya
PARADIGMA RISET KONSUMEN
Para peneliti konsumen periode pertama hanya sedikit memikirkan pengaruh suasana hati, emosi, atau situasi terhadap keputusan konsumen. Mereka percaya bahwa pemasaran hanya merupakan ilmu ekonomi terapan, dan bahwa para konsumen adalah pengambil keputusan yang rasional, yang secara obyektif menilai barang dan jasa yang tersedia bagi mereka dan hanya memilih yang memberikan manfaat tertinggi dengan harga yang terendah.
Para peneliti konsumen sekarang ini menggunakan dua macam metodologi riset yang berbeda untuk mempelajari perilaku konsumen, yaitu :
- Riset Kuantitatif
Bersifat desktiptif dan digunakan oleh para peneliti untuk memahami pengaruh berbagai masukan promosi terhadap konsumen, sehingga memungkinkan para marketer meramalkan perilaku konsumen.
- Riset Kualitatif
Terdiri dari wawancara, kelompok focus, analisis kiasan, riset kolase, dan teknik proyeksi. Teknik-teknik ini terutama digunakan untuk memperoleh gagasan baru untuk kampanye promosi.
Perbandingan antara Positivisme dan Interpretivisme :
TUJUAN
Positivisme Peramalan tindakan konsumen
Interpretivisme Memahami berbagai praktik konsumsi
METODOLOGI
Positivisme Kuantitatif
Interpretivisme Kualitatif
ASUMSI
Positivisme
• Rasionalitas
• Sebab dan akibat perilaku dapat dikenali dan dipisahkan
• Penyebab perilaku dapat dikenali
• Peristiwa dapat diukur secara obyektif
• Hasil riset dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar
Interpretivisme
• Tidak ada kebenaran tunggal dan obyektif
• Realitas adalah subyektif
• Sebab dan akibat tidak dapat dipisahkan
• Interaksi peneliti/responden mempengaruhi hasil riset
• Hasil riset sering tidak digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar
PROSES RISET KONSUMEN
1) Menentukan tujuan riset
2) Mengumpulkan dan mengevaluasi data sekunder
3) Merancang studi riset primer
4) Mengumpulkan data primer
5) Menganalisis data
6) Mempersiapkan laporan hasil riset

MODEL PROSES RISET KONSUMEN
MENYUSUN TUJUAN RISET
Langkah pertama dalam proses riset konsumen adalah menentukan tujuan studi. Menentukan tujuan studi merupakan hal penting bagi para manajer pemasaran dan peneliti untuk menentukan maksud dan tujuan studi, serta untuk menjamin agar rancangan riset itu tepat. Pernyataan tujuan yang dipertimbangkan secara teliti membantu menentukan jenis dan mutu informasi yang dibutuhkan.

MENGUMPULKAN DATA SEKUNDER
Pencarian data sekunder biasanya mengiringi pernyataan tujuan. Informasi sekunder adalah setiap data yang dihasilkan oleh organisasi dari luar, data dari dalam perusahaan untuk studi sebelumnya. Hasil riset sekunder terkadang sudah memberikan pengertian yang cukup mengenai masalah yang ada sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan riset primer. Sering data sekunder menjadi petunjuk dan pengaruh bagi rancangan riset primer.

MERANCANG RISET PRIMER
Rancangan studi riset didasarkan pada tujuan studinya. Jika informasi deskriptif dibutuhkan, maka studi kuantitatif yang dilakukan; jika tujuannya adalah memperoleh gagasan baru, maka studi kualitatif yang dilakukan. Karena pendekatan untuk tiap-tiap jenis riset berbeda dari sudut metode pengumpulan data, rancangan sampel, dan macam alat pengumpulan data yang digunakan, tiap-tiap pendekatan riset dibahas secara terpisah sebagai berikut.

RANCANGAN PENELITIAN KUANTITATIF
Metode Pengumpulan Data
Ada tiga cara untuk mengumpulkan data primer dalam riset kuantitatif :
- Penelitian Observasi
- Eksperimentasi
- Survei
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dikembangkan sebagai bagian dari desain riset untuk mengatur pengumpulan data dan untuk menjamin agar semua responden ditanya dengan pertanyaan yang sama dan dengan urutan yang sama.
Instrumen pengumpulan data meliputi :
- Daftar Pertanyaan
- Daftar Pernyataan Pandangan Pribadi
- Skala Sikap

RANCANGAN PENELITIAN KUALITATIF
Metode Pengumpulan Data
Pilihan teknik pengumpulan data untuk studi kualitatif meliputi :
- Wawancara yang Mendalam
- Kelompok Fokus
- Teknik Proyektif
- Analisis Kiasan
Penentuan Sampel
SAMPEL PROBABILITAS
• Sampel acak sederhana
• Sampel acak sistematis
• Sampel acak bertingkat
• Sampel kelompok (daerah)
SAMPEL NONPROBABILITAS
• Sampel yang memudahkan
• Sampel yang ditentukan
• Sampel kuota

PENGUMPULAN DATA
Sebagaimana sudah dinyatakan sebelumnya, studi kualitatif biasanya memerlukan para pakar ilmu pengetahuan soaial yang sangat terlatih untuk mengumpulkan data. Studi kuantitatif biasanya memerlukan staf lapangan yang dipekerjakan dan dilatih langsung oleh peneliti atau dikontrak dari perusahaan yang mengkhususkan diri dalam menyelenggarakan wawancara lapangan.

ANALISIS
Pada riset kualitatif, moderator atau pelaksana tes biasanya menganalisis semua jawaban yang diterima. Pada riset kuantitatif, peneliti mengawasi analisis tersebut. Semua jawaban terbuka pertama-tama diubah menjadi kode dan diukur, kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan program analisis canggih yang menghubungkan data menurut berbagai variabel yang dipilih dan mengelompokkan data menurut ciri-ciri demografis yang dipilih.

PERSIAPAN LAPORAN
Pada riset kualitatif maupun kuantitatif, laporan riset memuat juga kesimpulan singkat mengenai hasil-hasil riset. Tergantung kepada penugasan dari manajemen pemasaran, laporan riset mungkin perlu atau tidak perlu memasukkan rekomendasi mengenai tindakan pemasaran. Isi laporan memuat uraian lengkap mengenai metodologi yang digunakan, dan, untuk riset kuantitatif, juga memuat berbagai tabel dan grafik untuk mendukung berbagai temuannya.
* Ringkasan / rangkuman pelajaran perilaku konsumen disertai banyak arti definisi / pengertian istilah prilaku konsumen (prikon) dasar.

(organisasi.org)

Beberapa Arti Pengorganisasian

PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian ada 2 pengertian, yaitu;
• Sebuah organisasi adalah pola hubungan –banyak hubungan yang saling terjalin secara
simultan- yang menjadi jalan bagi orang, dengan pengarahan dari manajer, untuk mencapaisasaran bersama.
• Proses manajerial dari pengorganisasian termasuk pembuatan keputusan, penciptaan
kerangka kerja, sehingga organisasi tersebut dapat bertahan dari keadaan yang baik pada
masa kini hingga masa depan.
Teori-teori organisasi :
a. Menurut G. R Terry :
- Pengorganisasian dalam pengertian real (real sense) menunjukkan hubungan antar
manusia sebagai akibat organisasi.
- Pengorganisasian dalam pengertian abstrak menunjukkan hubungan antara unit-unit/
departemen-departemen kerja.
b. Menurut Drs. M. Manullang :
- Organisasi dalam arti dinamis adalah suatu proses penetapan dan pembagian pekerjaan
yang akan dilakukan, pembatasan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan-hubungan antara unsur-unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang-orang dapat bekerja bersama seefektif mungkin untuk pencapaian tujuan.
- Organisasi dalam arti statis adalah setiap gabungan yang bergerak ke arah tujuan
bersama, dengan istilah populer adalah struktur organisasi atau bagan organisasi. Jadi
organisasi dalah arti dinamis disebut pengorganisasian, dalam arti statis disebut organisasi.
c. Menurut Drs. Soekarno K. :
- Organisasi sebagai alat manajemen adalah wadah, tempat manajemen, sehingga
memberikan bentuk bagi manajemen yang memungkinkan manajer dapat bergerak. Jadi,
sama dengan organisasi dalam arti statis.
- Organisasi sebagai fungsi manajemen (organisasi dalam pengertian dinamis) adalah
organisasi yang memberikan kemungkinan bagi manajemen dapat bergerak dalam batas
tertentu. Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu mengadakan pembagian
pekerjaan.
d. Menurut Koontz & O’Donnel
- Fungsi pengorganisasian manajer meliputi penentuan penggolongan kegiatan-kegiatan
yang diperlukan untuk tujuan perusahaan, pengelompokkan kegiatan tersebut ke dalam
suatu bagian yang dipimpin oleh seorang manajer,serta melimpahkan wewenang untuk
melakukannya.
e. Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian :
- Organisasi ialah suatu bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja
bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan dan dalam ikatan itu terdapat seorang atau sekelompok orang yang disebut
bawahan.
f. Menurut James D. Mooney :
- Organisasi adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
g. Menurut Chester I. Barnard :
- Organisasi adalah suatu sistem kerja sama yang terkoordinasi secara sadar dan dilakukan oleh dua orang atau lebih.
h. Menurut Prof. Dr. Mr. S. Pradjudi Atmosudiro :
- Organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersamasama mencapai suatu tujuan tertentu.
Aspek-aspek penting dari definisi-definisi di atas adalah :
1. Adanya kelompok orang yang bekerja sama.
2. Adanya tujuan tertentu yang akan dicapai
3. Adanya pekerjaan yang akan dikerjakan
4. Adanya penetapan dan pengelompokkan pekerjaan
5. Adanya wewenang dan tanggung jawab
6. Adanya pendelegasian wewenang
7. Adanya hubungan (relationship) satu sama lain
8. Adanya penempatan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan
9. Adanya tata tertib yang harus ditaati.
Macam-macam organisasi :
a. Berdasarkan proses pembentukannya :
1. Organisasi formal : Organisasi yang dibentuk secara sadar dengan tujuan-tujuan tertentu,
yang diatur dengan ketentuan-ketentuan formal (misalnya : AD, ART dan peraturan tertulis).
2. Organisasi informal : Organisasi yang terbentuk tanpa disadari sepenuhnya, dengan tujuan yang juga tidak sepenuhnya disadari karena terjalin lewat hubungan-hubungan pribadi yang tidak tertulis.
b. Berdasarkan kaitannya dengan pemerintah :
1. Organisasi resmi, organisasi yang dibentuk oleh (atau ada hubungannya dengan)
pemerintah, misalnya jawatan, lembaga pemerintah, perusahaan negara, dll.
2. Organisasi tidak resmi, organisasi yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah,
misalnya organisasi swasta.
c. Berdasarkan skala (ukuran) :
1. Organisasi besar
2. Organisasi sedang (menengah)
3. Organisasi kecil
d. Berdasarkan tujuan :
1. Public organization (organisasi pelayanan), organisasi sosial yang tujuan utamanya untuk
melayani kepentingan umum, tanpa perhitungan untung-rugi; tujuannya adalah layanan dan bukan laba. Misalnya pemerintah, yayasan, dll.
2. komersil (mendapatkan laba)dan semua tindakannya selalu bermotifkan laba (profit motive).
e. Berdasarkan organization chart (bagan organisasi) :
1. Berbentuk segitiga vertikal, pada bagan organisasi ini, manajemen puncak terdapat pada
puncak segitiga, semakin dekat ke puncak segitiga, jabatan semakin tinggi dan sebaliknya. Bagan organisasi ini semakin ke bawah semakin melebar.
2. Berbentuk segitiga horisontal dari kiri ke kanan, manajemen puncak terdapat pada sebelah kiri dan cara membacanya dari kiri ke kanan. Bagan ini melebar ke kanan, berarti posisi yang paling kanan adalah kedudukan yang paling rendah.
3. Berbentuk lingkaran (circulair), menurut bagan ini puncak manajemen terdapat pada pusat lingkaran; semakin dekat posisi jabatan ke pusat lingkaran, semakin penting fungsinya.
Struktur departemen organisasi secara formal dapat dilakukan dengan tiga cara pokok :
1. Departementasi Fungsional, organisasi menurut fungsi menyatukan semua orang yang
terlibat dalam satu aktivitas atau beberapa aktivitas berkaitan yang disebut fungsi dalam satu departemen. Seperti pemasaran atau keuangan dikelompokkan ke dalam 1 unit.
2. Departementasi divisional, departemen perusahaan besar yang berupa bisnis terpisah;
mungkin ditujukan untuk membuat dan menjual produk spesifik atau melayani pasar spesifik.
3. Organisasi proyek dan matriks, struktur sebuah organisasi yang di dalamnya setiap
karyawan melapor kepada manajer fungsional atau manajer divisi.

(wahyu410'sblog)

Definisi Pengorganisasian

Adalah suatu proses pembentukan kegunaan yang teratur untuk semua sumber daya dalam system manajemen. Penggunaan yang teratur tersebut menekankan pada pencapaian tujuan system manajemen dan membantu wiraswastawan tidak hanya dalam pembuatan tujuan yang Nampak tetapi juga dalam menegaskan sumber daya yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Fungsi pengorganisasian sangat penting bagi system manajemen karena merupakan mekanisme utama dengan mana wiraswastawan mengaktifkan rencana-rencana. Pengorganisasian menciptakan dan mempertahankan hubungan antar semua sumber daya organisasional dengan menunjukkan sumber daya yang akan digunakan untuk aktivitas tertentu, dan kapan, dimana dan bagaimana sumber daya tersebut digunakan.
Lima langkah utama dari proses pengorganisasian adalah:
1.      Tercermin dalam rencana-rencana dan tujuan-tujuan
2.      Menetapkan tugas-tugas pokok
3.      Membagi tugas-tugas pokok dalam subtugas-subtugas
4.      Alokasi sumber daya dan pengarahan bagi subtugas-subtugas
5.      Mengevaluasi hasil dari strategi pengorganisasian yang diimplementasikan
Teori pengorganisasian klasik adalah wawasan dari penulis manajemen awal mengenai bagaimana sumber daya organisasional bisa digunakan untuk pencapaian tujuan organisasi. Dalam sutu usaha pengorganisasian wiraswasta harus memilih suatu struktur yang sesuai. Tujuan dari struktur adalah memperlancar penggunaan tiap sumber daya baik secara individu maupun kolektif, ketika system manajemen ingin mencapai tujuannya. Namun pada kenyataannya terdapat dua tipe dasar dari struktur yang ada dalam system manajeman. Struktur formal dan struktur informal.
Struktur formal didefinisikan sebagai hubungan diantara sumber daya organisasional yang diuraikan oleh manajemen. Struktur informal didefinisikan sebagai pola hubungan yang berkembang karena keberadaan anggota organisasi informal
Metode pembentukan hubungan informal di antara sumber daya yang paling umum adalah dengan membentuk departemen-departemen. Departemen adalah suatu kelompok sember daya yang dibentuk oleh manajemen untuk melaksanakan beberapa tugas organisasional. Penciptaan departemen berdasarkan faltor situasional seperti fungsi-fungsi kerja yang dilaksanakan, produk yang dibuat, daerah yang diliput, sasaran konsumen, dan proses yang dirancang untuk pembuatan produk.
Pertimbangan kedua yang utama untuk suatu usaha pengorganisasian adalah bagaimana membagi tenaga kerja. Konsep pembagian tenaga kerja diberikan pada berbagai bagian tugas tertentu diantara sejumlah anggota organisasi kewiraswastaan. Produksi dibagi menjadi sejumlah langkah-langkah diberikan pada individu tertentu. Pada hakikatnya, individu berspesialisasi dalam mengerjakan bagian tugas dari pada seluruh tugas.
Beberapa alasan mengenai pembagian tenaga kerja hendaknya digunakan dalam strategi pengorganisasian adalah:
1.      Pekerja berspesialisasi dalam tugas, keterampilan mereka dalam melaksanakan tugas tersebut cenderung meningkat.
2.      Tenaga kerja tidak kehilangan waktu yang berharga didalam bergerak dari satu tugas ketugas lainnya.
3.      Karena hanya mengerjakan satu pekerjaan cenderung membuat pekerjaan tersebut lebih mudah dan lebih efisien.
4.      Tenaga kerja hanya perlu mengetahui bagaimana mereka melaksanakan tugasnya sehingga pengertian tugas mereke tidak menjadi beban.
Akan tetapi keuntungann dari pembagian tenaga kerja harus dipusatkan pada efisiensi dan manfaat ekonomi dan mengabaikan variabel manusia. Kerja yang spesifikasi cenderung sangat membosankan menyebabkan tingkat produksi menurun.
Pada situasi pembagian tenaga kerja dengan individu yang berbeda mengerjakan bagian dari suatu tugas, arti penting dari koordinasi efektif dalam organisasi kewiraswastaan menjadi jelas. Wiraswastawan bisa membentuk dan mempertahankan koordinasi melalui hasil kerja dari peranan yang berbeda seperti kekuatan tawar menawar, perumusan tujuan bersama, perbaikan atas pemecahan masalah tertentu.
Perimbangan utama ketiga dari suatu organisasi pengorganisasian adalah rentang manajemen. Rentang manajemen menunjuk pada jumlah individu yang diawasi oleh wiraswastawan, semakin besar rentang manajemen. Sebaliknya semakin sedikit individu yang diawasi oleh wiraswastawan, semakin kecil rentang manajeman. Rentang manajemen dinamakan rentang kekuasaan (span authority), rentang pengawasan (span of control), rentang supervise (span of supervision), dan rentang tanggung jawab (span of responsibility).
Seperti yang dilaporkan Harold koontz, faktor situasional utama yang mempengaruhi kesesuaian dari ukuran rentang manajemen individual antara lain termasuk:
1.      Kesamaan fungsi
2.      Hubungan geografis
3.      Kompleksitas fungsi
4.      Koordinasi
5.      Perencanaan
Pertimbangan keempat dari usaha pengorganisasian adalah hubungan scalar. Hubungan scalar menunjuk pada rantai komando (chain of command).  Organisasi kewiraswastan terbangun atas premis bahwa individu pada posisi atas memiliki kekuasaan paling besar bahwa derajat kekuasaan individu semakin berkurang menurut posisi relative pada bagan organisasi, semakin kecil kekuasaan yang dia miliki. Konsep ini berhubungan dengan konsep kesatuan perintah yang menyatakan bahwa hendaknya individu hanya memiliki seorang atasan saja.

Sumber
Wiratmo, Maskur. Pengantar Kewiraswastaan-kerangka dasar memasuki dunia bisnis. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. 1996

Organisasi dan Pengorganisasian

Organisasi merupakan naungan dimana sumber daya, kerjasama antar sumber daya diorientasikan melalui mekanisme tertentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Mekanisme agar kerjasama antar sumber daya mencapai efektifitas dan efisiensi itulah yang disebut pengorganisasian. Dengan demikian, organisasi ialah wadah atau tempat dimana pengorganisasian dilakukan. Wadah dimaksudkan secara luas,yaitu, titik sama yang memasukan berbagai individu ke dalam kesatuan. Tanpa organisasi tidak mungkin ada pengorganisasian, pengorganisasian ada di dalam organisasi.
Sepintas pengorganisasian adalah biasa dan lumrah dibicarakan. Yang tidak biasa adalah kenyataan sukarnya kualitas sempurna pengorganisasian dicapai. Hal tersebut, karena salah satu unsur yang termasuk sumber daya tidak lain manusia bahkan manusia dalam keberadaannya sangat vital. Unsur manusia jugalah penyebab kalang kabutnya kondisi negara kita dimana sebagian orang berteriak keras " Ubah sistem ..ubah sistem ". Appa yakin dengan merubah sistem itu efisien? dan kalau pun sistemnya dirubah, manusia jualah yang menjalankan. Sayangnya yang berjuluk manusia itu rakus sebagaimana ilmu ekonomi menyebut homo economicus. Kerakusan yang menjadi penyebab inti bekerjasama di dominasi kepentingan pribadi. Berbeda dengan ilmu ekonomi, manusia dijuluki ilmu manajemen sebagai homo oeconomicus yang senang bekerjasama. Kiranya dieklektikan, optimalisasi kualitas pengorganisasian dapat kita tempuh dengan cara mengelola manusia rakus sedemikian rupa hingga bekerjasama mencapai tujuan yang ditetapkan.
Terdapat beberapa prinsip penting saat kita melakukan pengorganisasian. Prinsip-prinsip tersebut, tidak lain : tujuan yang tegas dan jelas, departementasi, pembagian tugas pekerjaan, adanya koordinasi, kesatuan komando, delegasi wewenang, luas jenjang pengawasan yang jelas, seimbang dan fleksibel. Keseimbangan antar prinsip digunakan sebagai pedoman pengorganisasian berbasis tujuan yang hendak dicapai. Pembicaraan tentang pengorganisasian pun tidak luput dari 5 unsur dalam mengkonstruksi organisasi,yaitu: struktur organisasi, tugas, orang, keputusan dan imbalan, situasi informal dan budaya. Kecocokan diantara 5 unsur demikian sangat diperlukan agar saling memperkuat dan menopang konsistensi. Setiap unsur konstruksi organisasi diserap kuat kualitas sempurna prinsip-prinsip pengorganisasian. Dengan demikian keberadaan organisasi menjadi patut dipertimbangkan oleh organisasi lain. Kualitas sempurna pengorganisasian merupakan sebuah dimensi penopang kehebatan organisasi.

(shvoong.com)

Kiat Sukses Berdagang dan Berwirausaha

Bagi Anda seorang pedagang tips berikut dibawah ini mungkin bermanfaat:
*Saat menawarkan dagangan, jangan langsung menawarkan barang, tapi bentuk dulu kepercayaan pembeli pada kepribadian kita, melalui bicara yang baik-baik.
*Senantiasa memperluas jaringan, baik dengan cara mengikuti pameran, maupun menjaga hubungan dengan pembeli.
*Sampai saat ini, bisnis sepatu bermasalah baru ditekuni oleh Elly, namun demikian Elly selalu beranggapan ada pengusaha lain yang menjadi pesaingnya. Dengan demikian Elly jadi terpacu untuk selalu meningkatkan kualitas dan menjaga stabilitas harga.
*Lakukan bisnis yang sesuai dengan hati, karena biasanya kita akan bekerja dengan sungguh-sungguh
Agar Mantap, jika kita sudah menekuni satu bisnis, maka apapun yang terjadi pada bisnis itu, tetap harus kita jalani. Jangan cepat berubah arah bila bisnis itu mengalami badai.
*Anggap kritik konsumen untuk memacu kita menjadi lebih pintar.
*Yakin dengan merk yang kita punya, dan selalu berusaha mempertahankan mutu, jangan menggunakan merk perusahaan lain, apalagi pinjam merk luar negeri. Pengusaha harus punya ciri khas.

(www.klipingku.com)

Keluhan Konsumen Indonesia

Sekitar 26 persen dari 760 sampel jajanan yang diambil di 150 tempat jajanan sekolah dasar oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, selama 2010 mengandung zat berbahaya.
“Jenis zat berbahaya yang ditemukan pada jajanan anak-anak di sekolah dasar ialah rhodamin B, siklamat, formalin, methanil yellow, dan boraks,” kata Kasi Pengawasan Makanan dan Obat Berbahaya Dinas Kesehatan Karawang, M Alwi, di Karawang, Selasa (21/12).
Dikatakannya, para petugas Dinas Kesehatan Karawang sudah mengambil 760 sampel jajanan yang diambil di 150 tempat jajanan di tempat-tempat jajanan sekitar sekolah dasar pada Juni dan November 2010.
Dari sampel yang diambil selama dua tahap pada 2010 tersebut, sekitar 26 persen atau 190 sampel jajanan anak diantaranya ditemukan mengandung zat berbahaya.
Jumlah jajanan anak yang mengandung zat berbahaya pada 2010, kata Alwi, menurun dibandingkan dengan pemeriksaan yang dilakukan pada tahun sebelumnya.
“Dari 198 sampel jajanan anak yang diambil selama 2009, sekitar 52,2 persen diantaranya mengandung zat berbahaya. Sedangkan pada 2010 ini, hanya 26 persen yang mengandung zat berbahaya, dari 760 sampel jajanan,” katanya.
Menurut dia, penggunaan zat-zat tertentu pada makanan atau jajanan anak itu sebenarnya diizinkan, tetapi harus sesuai dengan kadar kandungan zat yang sudah ditentukan.
“Jika penggunaan zat-zat tertentu dibiarkan pada makanan atau jajanan anak, maka itu berbahaya. Karena itu, ditentukan batas toleransi penggunaannya,” katanya.

(produkjelek.wordpress.com)

10 Karakteristik Konsumen Indonesia

Sesama orang sukses yang ingin memahami karakteristik konsumen
Indonesia supaya laku dagangan barang atau jasanya maka ini
adalah pengetahuan sangat berharga karya Bapak Handi Irawan
(Majalah Marketing) yang sudah puluhan tahun bergelut di dunia
riset pemasaran.
Indonesia memilki lebih dari 220 juta penduduk dengan ratusan
suku yang tersebar di berbagai pulau. Sekalipun berbeda-beda suku
dan bahasa, namun pasti ada kesamaan karakter,yang bisa dijadikan
patokan bagi para marketer untuk menjalankan strategi marketing.

10 karakter unik itu adalah:
Karakter #1: BERPIKIR JANGKA PENDEK.
Ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir
jangka pendek dan sulit diajak berpikir jangka panjang salah satu
cirinya adalah dengan mencari yang serba Instant.

Produk semacam Extra Joss,Hemaviton Jreng,Indomie dsbnya laris manis.
Sebaliknya masih sangat susah sekali memasarkan asuransi pada
sebagian besar penduduk indonesia karena konsumen cenderung
enggan melakukan investasi (dalam bentuk apapun) yang hasilnya
bisa dinikmati mungkin belasan tahun ke depan.
Salah satu strategi yang masih ampuh untuk konsumen berpikiran pendek
adalah dengan memberikan Discount dan hadiah langsung.
Survei AC Nielsen menunjukkan 76% pembeli menyukai diskon harga
dan 18% menyukai hadiah langsung.

Karakter #2: TIDAK TERENCANA.Konsumen Indonesia termasuk konsumen yang tidak terbiasa me-
rencanakan sesuatu. Sekalipun sudah,tapi mereka akan mengambil
keputusan pada saat-saat terakhir.
Kebiasaan ini mirip dengan kebiasaan konsumen kelas satu.
Namun jika kebiasaan pertama tidak melihat jauh ke depan,
kebiasaan kedua ini tidak menyiapkan sesuatu jauh di belakang.
Mungkin rata-rata kita kuliah dulu juga mengenal SKS
(sistem kebut semalam)dalam belajar atau dalam menyelesaikan
tugas-tugas tertentu.
Termasuk dalam mendaftar seminar sampai membayar tagihan,
semua dilakukan dalam waktu yang mepet.
Salah satu bentuk perilaku konsumen yang tidak punya rencana adalah
terjadinya IMPULSE BUYING (membeli tanpa rencana / spontan membeli
ketika tertarik dengan sebuah produk).

Berdasarkan survei Nielsen,ternyata 85% pembelanja ritel modern
cenderung untuk berbelanja sesuatu yang tidak direncanakan.

Strategi yang paling baik untuk karakter ini adalah dengan membuat
display semenarik mungkin dan strategis tempatnya atau bisa juga
dibantu dengan SPG.

Karakter #3: SUKA BERKUMPUL
Kebiasaan suka berkumpul sudah melekat dalam budaya konsumen kita,
sampai adanya istilah “mangan ora mangan ngumpul” dalam masyarakat jawa.

Strategi paling efektif untuk karakter ini adalah strategi komunikasi Word of mouth,
ini terbukti dari riset para pembeli rumah lewat KPR, awareness tertinggi
konsumen terhadap produk KPR bukanlah berasal dari iklan atau brosur,
tetapi justru datangdari teman atau relasi.
Hal serupa juga terjadi dalam pembelian minyak pelumas.
Kesuksesan yang di raih Amanda brownies dan Kartika Sari dari Bandung
juga mengandalkan strategi ini. Kata kunci dari strategi word of mouth ini
adalah terletak pada opini leader dari komunitas yang ada.
Sebab jika sang pemimpin bisa diyakinkan pada sebuah merk, maka dia
akan memberikan rekomendasi kepada komunitasnya.

KARAKTER #4: GAGAP TEKNOLOGI.
Rendahnya penetrasi teknologi tinggi di indonesia menunjukkan bahwa mayoritas
konsumen kita relatif masih “gaptek” sehingga adopsi terhadap suatu teknologi
relatif jauh lebih lambat.
Hal ini tampak dalam survei Frontier tentang alasan konsumen tidak menggunakan
mobile banking, 32,66% mengatakan tidak tahu mengoperasikannya dan
16,75 menganggapnya tidak aman.
Begitu juga dengan penetrasi penggunaan internet, baru menyentuh angka 9,0%
bandingkan dengan malaysia yang penetrasinya sudah 47,8%.
Rendahnya tingkat penetrasi produk teknologi tinggi ini berhubungan erat dengan
dengan tingkat pendidikan masyarakat kita. Namun jangan pesimis dulu. 
Sebab,konsumen yang berusia muda kini lebih adaptif dengan teknologi baru
karena dorongan arus globalisasi.
Sayangnya,daya beli mereka tidak begitu tinggi. Untuk mengatasi masalah
daya beli ini, pemasar bisa mengusung strategi PRICE BUNDLING,
seperti yang di lakukan Fren, Esia,Flexi dan yang lainya.

Bisa juga dengan mempermudah penggunaanyaseperti yang dilakukan
oleh Nokia.

KARAKTER #5: ORIENTASI PADA KONTEKS.
Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya.
Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik
ketimbang hal itu sendiri.

Tiga ciri spesifik konsumen kita dalam menyerap informasi.
  • Pertama, memiliki minat baca yang rendah.
  • Kedua,memilih segala sesuatu-baik dari membaca atau menonton
    yang ringan dan menghibur.
  • Ketiga, mudah diubah persepsinya.
Dampak dari ciri tersebut terhadap perilaku komsumsi orang Indonesia
dibuktikan dengan layanan informasi SMS yang didominasi layanan
ring tones dan musik.Selain itu tampak pula dengan tingginya rating
acara-acara infotainment.

Keengganan membaca juga menyebabkan konsumen kurang
memperhatikan informasi yang terdapat pada suatu produk.
Banyak produk farmasi yang mempunyai kandungan yang sama persis
dan fungsi yang sama tetapi karena cara komunikasinya berbeda,
akhirnya persepsi yang tercipta lain pula.

Sekitar 99% konsumen kita tidak mengerti kandungan obat bebas.

Karakter #6: SUKA MERK LUAR NEGERI
Soal menyamar, kita bisa belajar dari Polytron. Sebab sudah 28 tahun produk
elektronika asli dalam negeri ini “menyamar” sebagai merek mancanegara,
dan cukup berhasil. Kenapa harus menyamar  alasanya menyangkut image dan
kualitas merek luar negeri yang dipersepsi lebih baik dan bergengsi dibandingkan
buatan Indonesia.
Penjajahan selama berabad-abad,mau tidak mau memang membuat bangsa Indonesia
sering memandang inferior terhadap diri sendiri atau bisa juga karena sifat gengsi
sehingga membuat merek-merek dari luar negeri begitu mendominasi pasar Indonesia
dibandingkan merek lokal.
Untunglah,sekarang sudah mulai banyak merek lokal yang unjuk gigi dipasar domestik
walaupun beberapa diantaranya harus dengan cara menyamar seperti Polytron, Detron,
Stanley Adams dll.

Karakter #7: RELIGIUS
Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama.Inilah salah satu karakter
khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih
percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama,ulama atau
pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama.
Sudah lama para pelaku bisnis memanfaatkan simbol-simbol agama dalam melakukan
strategi pemasaranya.
Promag adalah contoh sukses yang memanfaatkan hal itu.
Berkembangnya bank syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari ciri konsumen
Indonesia yang peduli pada agama,begitu juga dengan asuransi syariah,
pegadaian syariah dll.
Kepedulian konsumen soal agama juga tercermin dari perilaku mereka dalam memilih
produk yang berlabel halal walaupun kadang harus membayar lebih mahal.

Karakter #8: GENGSI
Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status”
walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun
tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun.
Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi.
  • Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer.
  • Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan
    akhirnya terjadi “pembrontakan” untuk cepat naik kelas.
  • Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga
    mendorong untuk saling pamer.
Banyak sekali produk yang sukses di Indonesia dengan memanfaatkan sifat gengsi ini,
Mercedes-Benz, BMW, Nokia Communicator dan lain sebagainya. Karena dengan
membeli produk yang mahal,kesuksesan yang mereka peroleh dapat dilihat oleh orang lain.

Karakter #9: KUAT DI SUBCULTURE
Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri,
namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti
bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.

Pada produk-produk tertentu,ada hal yang bersifat lokal yang memang
harus diperhatikan.
Contohnya,orang Jawa suka manis, orang Padang suka yang pedas,
orang Batak suka bicara keras,orang Semarang suka menawar dll.
Strategi pemasaran yang bisa di pakai adalah dengan membuat konten-konten lokal
untuk kegiatan komunikasi atau dengan memperkuat aktifitas below the line di daerah
dengan mengadopsi budaya lokal sehingga lebih mudah diterima konsumen setempat.

Karakter #10: KURANG PEDULI LINGKUNGAN
Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian
mereka terhadap isu lingkungan.Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian
konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat,terutama mereka yang
tinggal di perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah
paham dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap
harga premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema
ramah lingkungan terhadap mereka.
Sebaliknya,akan susah sekali memasarkan produk dengan tema ramah lingkungn
untuk kalangan bawah.


@rumahs2s.com Semoga ini bermanfaat bagi sesama orang sukses yang selalu berkarya
dalam hal menciptakan/menjual produk atau jasa.

 

Perilaku Produsen

Produsen adalah orang yang menghasilkan, atau menjual barang atau jasa yang berguna bagi seluruh konsumen. Para produsen selalu menciptakan sesuatu yang baru dan kreatif agar konsumen tertarik dan membeli barang atau jasa yang mereka tawarkan dan membelinya. Setiap produsen menginginkan suatu keuntungan yang besar dari suatu yang mereka tawarkan, sehingga dengan modal yang tidak terlalu besar, mereka mendapatkan keuntungan yang cukup besar.

Sebagai contoh produsen akan melakukan apa saja untuk keuntungan, adalah seorang produsen yang membuat suatu makanan dengan rasa dan variasi pembungkus makan yang berbeda-beda dan menarik. Atau seorang penjual jasa rental mobil, ada yang sampai menyediakan SPG (Sales Promotion Girl) untuk menarik perhatian para konsumen pemakai jasa mereka, tapi tentu saja dengan adanya para SPG tersebut, harga yang mereka tawarkan sedikit lebih tinggi dari standar yang ada.

Perilaku Konsumen Saat ini

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor.

Kebanyakan dari konsumen, mempunyai keinginan ingin mendapatkan suatu barang atau jasa dengan harga yang murah tetapi dengan sesuatu yang memuaskan. Karena kebanyakan dari barang atau jasa dengan kualitas yang baik, tersedia dengan harga yang cukup menguras kantong, mungkin untuk sebagian dari orang yang berkantong tebal itu tidak pernah menjadi masalah, tapi mungkin untuk kalangan menengah kebawah, mereka semua akan berpikir panjang dan menabung untuk mendapatkan yang mereka inginkan.
 

Untuk saat ini, tersedianya banyak supermarket besar, maupun mini market yang terdia dimanapun, membuat banyak konsumen beralih dari berbelanja di pasar, menjadi berbelanja di supermarket-supermarket besar. Karena selain harganya bisa bersaing dan bahkan lebih murah, jelas sekali keadaannya lebih bersih dan praktis, karena tersedia di blok-blok yang jelas, sehingga mudah untuk ditemukan.

Saat ini, konsumen mempunyai perilaku kritis, yaitu mendapatkan harga yang murah untuk sesuatu yang baik sangat diinginkan para konsumen di kondisi ekonomi negara yang carut-marut, harga kebutuhan yang selalu naik dan turun secara drastis, membuat konsumen haruslah lebih kritis dalam mengatur pembelian suatu barang ataupun jasa.




Definisi Organisasi

Definisi Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa Yunani Organon – Alat. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Beberapa pengertian organisasi menurut beberapa ahli :
  • Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersam.
  • James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
  • Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
  • Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
(yanuartotw's blog)

Pengorganisasian

Organisasi adalah suatu wadah dimana sekelompok orang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan bersama.
Kebanyakan dari suatu organisasi merupakan suatu badan yang mewakili dari sebagian banyak orang untuk mewakili suara aspirasi masyarakat.
Dari suatu organisasi yang jumlah anggotanya kecil, seperti OSIS, Karang Taruna, hingga organisasi yang anggotanya berjumlah besar dan berbadan hukum. Dalam suatu organisasi, sering terjadi perbedaan pendapat yang kadang membuat suasana menjadi penuh emosi, tetapi hal itulah yang nantinya akan menjadikan kesadaran berjiwa besar bagi anggotanya dan menghasilkan suatu kesepakatan yang baik bagi seluruh anggotanya yang akan sangat berpengaruh bagi seluruh masyarakat.
Sistem Pengorganisasian yang baik, sangat dibutuhkan bagi kalangan masyarakat kecil maupun besar, karena dengan adanya suatu organisasi maka suatu kelompok masyarakat telah terwakili suaranya yang mungkin telah lama menjadi keinginan masyarakat penuh. Visi dan misi yang sama merupakan kehendak dari banyak orang terhadap anggota yang menduduki suatu organisasi.